Sudah lama juga tidak berada di belakang kemudi (seperti merasa pernah saja), sehingga beberapa hari ini saya diberi kesempatan mencoba mengemudi di beberapa medan yang berbeda. Ternyata mobil yang tidak menggunakan transmisi otomatis sangat beda sekali, padahal saya biasanya selalu pakai transmisi otomatis jika berkeliaran di medan “need for speed” (gyah…, maksa deh), dan tentu saja simulasi dan latihan aslinya berbeda.
Saya tidak bermasalah jika menggunakan sepeda motor, saya bisa dengan kecepatan super rendah hingga menghabiskan semua putaran gas dengan motor tua saya – dan percayalah walau begitu kecepatan bukanlah kecepatan untuk arena balapan. Biasa di jalanan besar hingga ke pematang sawah, dari medan mulus, hingga tracking ke perbukitan terjal. Tapi mobil adalah sesuatu yang berbeda.
Dimensi mobil tidak sama dengan sepeda motor. Jika sepeda motor bisa diperkirakan mengambil ruang seluas jangkauan tangan, maka mobil bisa mengambil ruang seluas jangkauan pandang. Jika motor bisa menghindari rintangan di kiri jalan dengan tetap berada di lajur kiri, maka mobil harus terbiasa menghindar dengan memanfaatkan lajur kanan. Dan belum lagi, sensasi merasa akan menabrak kendaraan di lajur kanan membuat seakan ingin mengelak ke kiri terus menerus (tipe orang preventif).
Dan satu lagi yang disebut “kopling” (sial, kenapa sistem ini harus ada). Yang membuat mobil bertransmisi manual lebih perlu banyak jam terbang untuk dikendalikan dengan baik. Karena orang tidak bisa selalu setengah kopling sepanjang jalan.
Ini adalah sebuah kelas mengemudi singkat selama 5 jam. Beberapa dibagi ke dalam beberapa “challenges”, mengemudi di tengah kota dengan lalu lintas normal, mengemudi di jalanan pedesaan berjalur kecil dan berkelak-kelok, mengemudi di perbukitan dengan tanjakan dan turunan tajam, mengemudi di kepadatan lalu lintas tinggi. Berbekal moto, “trust your instinct”, ini bisa menjadi kelas mengemudi yang berat – ah, untung saja Gianyar memiliki pemandangan alam yang indah, sehingga stres tidak akan hinggap walau ada melintasi medan yang berat bagi orang yang lama tidak berada di belakang kemudi, tentu saja dalam beberapa kesempatan juga hingga menikmati alam di kabupaten tetangga, seperti Klungkung dan Bangli – rasanya seperti kelas mengemudi sambil mencuci mata saja.
Mungkin karena saya sudah ubanan, sehingga insting sudah tidak setajam saat masa muda dulu. Bahkan ketika saya kecil – udah ndak ingat lagi – saya biasa mengendalikan & menunggangi hewan liar, berikut contohnya…
Bahkan, tidak hanya menunggangi hewan liar, waktu kecil saya juga terbiasa mengendarai kendaraan berteknologi tinggi, termasuk menjadi pilot pesawat tempur seperti ini…
Ah…, masih banyak lagi kenangan waktu kecil dengan untuk melenyapkan rasa lelah sehabis mengemudi. Tapi ya sudahlah, halaman ini akan menjadi terlalu panjang jika dicoba dimuat di sini.